Pages

Kamis, 15 Agustus 2013

sejarah raider


SEJARAH SINGKAT/PROFIL  
PEMBENTUKAN YONIF  300/RBK


Latar belakang pembentukan Yonif 300/RBK.

Berdasarkan Keputusan Kasad Nomor : Kep/46/XII/2003 tanggal 15       Desember 2003, tentang pembekuan 8 satuan Yonif Pemukul Kodam dan 2 satuan Yonif Kostrad serta pengesahan pembentukan 10 satuan Yonif Raider dijajaran TNI AD. Pembentukan Batalyon Raider merupakan wujud kegiatan antisipasi kita terhadap ancaman dari luar negeri yang sering kita sebut dengan istilah perang modern.

Batalyon Infanteri 300/RBK merupakan satuan Pemukul Mobil Kodam III/Slw yang mempunyai tugas pokok mencari, mendekati, menawan dan menghancurkan musuh untuk sasaran yang strategis.Cikal bakal Batalyon Infanteri 300/RBK adalah salah satu batalyon kebanggaan masyarakat Jawa Barat yang sudah terbukti dan teruji pengabdiannya kepada bangsa dan negara yaitu Batalyon Infanteri 327/Brajawijaya.

Nama Brajawijaya memiliki hubungan yang erat dengan Banjar Kadaton karena keduannya merupakan nama salah satu pasukan perang semasa kerajaan Pajajaran.Lambang Brajawijaya terdiri dari Bintang di tengahnya ada Bola Api yang sedang dipegang dengan sikap kuda-kuda oleh mahluk “ Tri Tunggal ” yaitu  Paksi, Naga dan Denawa. Melambangkan bahwa Batalyon Brajawijaya adalah tentara yang bertekat bulat, bersatu kuat dan selalu siap sedia serta waspada dalam setiap pelaksanaan tugas yang disertai dengan tiga lambang kekuatan (Paksi, Naga dan Denawa).

Sejarah singkat dan Filosopi Yonif 300/RBK.

Yonif 300/RBK berasal dari kata ”Banjar” berarti daerah dan ”Kadaton” berarti pusat ibu kota. Dengan demikian Batalyon Infanteri 300/Raider Banjar Kadaton adalah ”Suatu Batalyon yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap keutuhan Wilayah / NKRI”.

 Semboyan dari Yonif 300/RBK adalah ”Ngaguyub sa awi wulung, ngahiji sa kai jati” artinya rapat perhimpunan seperti bambu hitam dan satu suara dalam menentukan arah bergerak seperti kumpulan bambu hitam yang tertiup angin satu ke kiri  semua ke kiri dan satu ke kanan semua ke kanan. Kesatuan dan persatuan itu terwujud di atas keindahan / kekuatan  serta ketahanan jati diri bangsa, seperti indah dan kuatnya serta tahan lama masa pakai kayu jati. Awi wulung atau bambu hitam adalah sejenis bambu yang sangat ampuh bila dibuat senjata. Seratnya begitu ulet dan memiliki aura magis. Awi wulung hidup seperti layaknya pohon bambu lain yang berhimpun dalam satu kesatuan sehingga sulit diterobos. Disamping itu bulu bambunya yang lebat dan tajam serta warnanya  yang gelap menimbulkan keseganan untuk mengusiknya. Awi wulung adalah penolak bala (bahaya dalam bentuk fisik atau spiritual). Kayu jati adalah kayu unggulan yang memiliki ciri : ”Tektur uratnya indah kuat dan tahan lama” Dalam filsafat perenial sunda, kayu jati adalah symbol ”jati diri bangsa Indonesia” yang harus tetap dilestarikan.

 Warna lambang satuan Yonif 300/RBK terdiri dari warna dasar kuning gading simbolisasi kesejahteraan, kemakmuran dan pemerataan. dalam tradisi sunda, kondisi kesejahteraan, kemakmuran dan pemerataan yang ”abadi” ini sering dilukiskan dengan pepatah :      ”TEU KA GEDAK KU ANGIN, TEU GOYAH KU BAYU”. 

Bintang emas simbolisasi kekuatan tertinggi (bintang) yang didapat ataupun ditegakkan secara mulia sebagai simbol Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Pohon bambu (wulung) hitam dengan daun berwarna hijau, simbolisasi dari sasanti ”NGAGUYUB SA AWI WULUNG”. 

Pendapa bergenteng merah bata merupakan simbolisasi kehidupan (warna merah) dari negara kita. 

Tiang-tiang penyangga (tiang saka) dengan jenis yang berbeda tetapi semuanya terdiri dari kayu jati, yang dirangkai didalam satu sistem perencanaan bangunan yang rapih dan teliti, sehingga mampu menopang dengan kukuh atap genteng yang berwarna merah bata. Kesemuanya itu merupakan simbol kehidupan dari suatu negara yang ditopang secara kukuh oleh jati diri dari suku bangsa. Didalam tradisi sunda keseluruhan penjelasan dari simbolisasi ini merangkum dalam kalimat ”NGAHIJI SA KAI JATI”.

Tiang saka atau penyangga membagi kadaton kedalam beberapa jenis ruang dan masing-masing ruang memiliki atap yang berbeda-beda sudut vertikalnya. Semua ini menyimbolkan tingkat kedudukan yang berbeda secara administratif (perhatikan tinggi lantai yang berbeda pula, dan tiap-tiap ruang menuntut penanganan yang berbeda pula (perhatikan sudut-sudut atap yang berbeda-beda).

Saka guru yang jumlahnya 4 (empat) merupakan tiang paling tengah yang merupakan ruang pimpinan. dari ruang inilah keteladanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang baik harus ditampilkan  oleh setiap pimpinan.

Diantara dua buah saka rawa yang paling tengah terdapat saka santen berukuran lebih kecildan berbentuk bulat terdapat di empat penjuru angin, artinya hanya orang terpilih yang boleh melewati pintu tersebut.

Saka rawa berjumlah 12 tiang berfungsi untuk penopang atap brunjung dan atap penanggap. Ruang bawah kedua jenis atap ini dibatasi oleh saka guru dan 12 saka rawa merupakan tempat yang labil.

Saka peniti merupakan 20 tiang penopang atap peniti, artinya atap diisi kaum dhuafa.Mereka sangat menderita (ibarat sedang meniti titian penagih illahi terhadap kehidupan dimasa lalunya) dan Tuhan sangat dekat dengannya, disimbolkan oleh angka :

17 = 1 : Dzat, 7 = sifat Allah.
18 = 1 : Dzat, 8 = kerajaan Allah.

Saka emper merupakan 20 tiang penopang atap emper, di bawah atap ini merupakan ruang yang dihuni oleh masyarakat kecil.

Filosopi penanaman awi wulung dan pohon jati di Markas Yonif 300/RBK.

Halaman depan yang kosong, simbol dari Batalyon Infanteri 300/RBK yang berjiwa terbuka, tulus dan mengajak bersahabat.

Deretan bambu berjajar di samping kiri dan kanan adalah simbol keuletan pertahanan, persatuan yang kuat serta satu tujuan yang terpatri dalam kalbu Batalyon Infanteri 300/RBK.

Deretan pohon jati berjajar dibelakang adalah simbol dari pertahanan terakhir dalam sebuah pertempuran adalah ”jati diri” dari setiap prajurit.

Penanaman pohon hanjuang disela-sela pohon adalah simbol semangat juang prajurit untuk berbuat yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar